FMTI

FMTI
Have your training needs, please click here

Jumat, Desember 26, 2014

FISHING JOB : EQUIPMENT, OPERATION, AND APLICATION



FISHING JOB : EQUIPMENT, OPERATION, AND APLICATION

The term fishing applies to all operations concerned with the retrieving of equipment or other objects from the hole. Portions of the drill string, bit, drill string accessories, and inadvertently dropped hand tools are typical items which may require fishing. The most common fishing job is that recovering of a portion of the drill string left in the hole due to either its failing or becoming stuck.
The best fishing technique is elimination of the cause. Periodic equipment inspections minimize drill string failures by detecting faulty joints before they fail. The alertness of the drilling crews in detecting  crooked joints, in cleaning and lubricating tool joint threads properly, and in exercising good house keeping and safety precautions, fishing jobs do  occur frequently. Most of them are relatively simple, and the only lost is the time required to run the fishing tool and retrieve the fish. A few such jobs however, become extremely costly and time consuming and even result in the loss of the hole.

OBJECTIVES :
The objective of this course is to present methods of preventing and freeing stuck pipe, and also to present the philosophy and methodology of fishing. A review of common fishing tools and their uses will also be presented. The following topics are covered  : Fishing Tools Overview,   Fishing Operations, Kick-Off Plugs,   Hole Cleaning,   Causes of Deviation Problems, Differential Sticking & Fluid Spotting Technique.

COURSE CONTENT :
  1. Introduction To Fishing
  2. Basics Of BHA Calculations
  3. Drill String Failures
  4. Pipe Recovery Systems
  5. External Catch Tools
  6. Internally Catch Tools
  7. Special Tools
  8. Wash Over Operations
  9. Jars And Jarring Operations
  10. Fishing Assemblies
  11. The Economic Of Fishing

PARTICIPANTS
Anyone connected to well construction such as but not limited to:
-         Operating Companies Drilling Personnel. Well designers.
-         Rig Staff ( Rig Superintendents, Tool Pusher, Tour Pushers )
-         Asst. Driller and Fishing Equipment Operator.
-         Mud Engineers.
-         Safety Engineers.

Selasa, Desember 23, 2014

CONTRACT PROCUREMENT, FRAUD IDENTIFICATION & RISK MANAGEMENT

CONTRACT PROCUREMENT, FRAUD IDENTIFICATION & RISK MANAGEMENT

The rise in contract management and the outsourcing of goods and services has created an increase in procurement fraud, which can occur at any stage of the contracting and procurement process. Appropriate controls, fraud prevention strategies and proper tendering processes are necessary in the fight against this fraud. This three-day course will teach you the best practices for preventing, detecting and investigating contract and procurement fraud.
Organizations can be defrauded through collusion among bidders, between employers and contractors, and by sole procurement employees. Consequently, you need to be aware of the vulnerabilities and risks associated with fraud schemes that attack the purchasing, procurement and contract functions. Acquire the knowledge, skills and techniques you need to prevent, detect and deter these devastating frauds.

Who Should Attend: 
Controllers and corporate managers, Procurement and contract division, forensic and management accountants, accounts payable and financial analysts, Risk management and compliance officers, Internal and external auditors, Project managers and project leaders, contract managers and administrators, procurement managers and acquisition professionals, purchasing agents and company owners.


Course Objective

This training aims to assist participants to identify and deter fraud in procurement fuction. We would also like all participants to gain a preview of Fraud Risk Management Framework in deterring fraud during this 3 days training.
We Will Learn How To: 
-        Determine if a procurement scheme violates legal statutes or civil laws
-        Identify the red flags of bribery and corruption
-        Recognize bid-rigging and market-allocation schemes
-        Reduce the risk of vendor fraud
-        Develop an investigation plan to respond to suspected procurement fraud


Course Outline :
Day 1 : Contract Procurement
1.       Procurement Definitions, Principles and Goals
2.       Ethics and Accountability
3.       Advertising
4.       Sustainability
5.       Overview of Legislation / EU Directives
6.       Procurement as a Cycle
7.       Developing Specifications and Scores
8.       Total Cost of Ownership
9.       Request for Tenders
10.   Bid Evaluation
11.   After the Event – De-briefing, FOI, Remedies

Day 2 : Fraud Identification
1. Introduction to different types of fraud and procurement fraud
-        Different types of fraud that can occur in your organization
-        What is procurement fraud?
-        Why is the procurement function vulnerable to fraud?
-        Where and when can procurement fraud happen?
-        Consequences of procurement fraud
2. Different types of procurement fraud schemes
-        Bribery and corruption
-        Fraud in bidding process
-        Unjustified sole source
-        Split purchase
-        Change order abuse
-        Cost mischarging and defective pricing
-        False invoices and phantom vendors
3. Identifying procurement fraud
-        General procurement fraud red flags
-        Red flags unique to specific procurement fraud schemes
4. Preventing and detecting procurement fraud
-        Assessing the risk of procurement fraud
-        Creating an anti-fraud culture
-        Procurement fraud deterrents
-        Reducing procurement fraud risk - preventive controls and assessing their effectiveness
-        Measures to detect different types of procurement fraud

Day 3 : Overview of the fraud risk management framework
1.       List reasons why organizations should manage fraud risk
2.       Describe how the elements of a fraud risk management program
3.       Identify the oversight and reporting responsibilities between the key parties and their impact on the effectiveness of fraud risk management
4.       Identify how proactive fraud detection activities complement entity-level and process-level controls and assist management and those charged with governance
5.       Define the key elements of the control environment that relate to managing fraud risk
6.       Establishing an Anti-Fraud Culture and Ensuring Fraud Awareness and Describe the key challenges in providing fraud awareness training
7.       Responding to Discovered Fraud  and Using Automated Continuous Monitoring Tools



Sabtu, Desember 06, 2014

ADA AYAM, BARU ADA TELUR AYAM = lebih dulu mana, antara telur dan ayam ?



ADA AYAM, BARU ADA TELUR AYAM

Tebak-tebakan klasik yang mungkin sering banget kita dengar sampai saat ini adalah : “Manakah yang lebih dahulu, telur atau ayam?”
“Yang pasti adalah telur dulu, baru ayam. Ayam bisa mengenal telur, sebaliknya telur tidak mengenal ayam.” kata Abu Nawas
JAWABAN TERSEBUT TERNYATA "SALAH BESAR", KENAPA....?

 
Ini Jawaban ilmiahnya :
Menurut taksonomi bangsa unggas, jawabannya adalah : "AYAM ADA TERLEBIH DULU, BARU ADA TELURNYA.
Alasan :
1. Menurut teori Monophyletic (Charles Darwin 1868), ayam berasal dari sejenis unggas liar yang bernama "Gallus-gallus (Red Jungle Fowl) atau dikenal sebagai "ayam hutan merah"
2. Berdasarkan hasil penelitian DNA yang dilakukan oleh LIPI, menemukan bahwa ayam domestik (ayam peliharaan; Gallus gallus domesticus) berasal dari satu nenek moyang, yaitu Ayam Hutan Merah (Gallus gallus).
3. Berdasarkan penelitian para ilmuwan dari tim Universitas Sheffield & Warwick – Inggris, ternyata sudah ada jawabannya. Jawabannya yaitu AYAM. Para peneliti menemukan protein khusus pada ayam, dan protein tersebut yang menyusun dan membuat bagian cangkang mikroskopis hingga membentuk cangkang telur. Tanpa adanya protein tersebut, telur tidak mungkin terbentuk. Dan uniknya, protein tersebut ditemukan hanya di rahim ayam. Maka dari itu peneliti menyimpulkan, bahwa ayam duluan baru telur
4. “Penelitian kami mengukur tingkat evolusi dari berbagai kelompok dinosaurus theropoda,” kata Ketua Peneliti, Michael Lee, yang juga ahli paleontologi dari Universitas Adelaide dan South Australian Museum. Menurut Lee, kelompok yang paling cepat berkembanglah yang menjadi nenek moyang burung, meski pada akhirnya dinosaurus yang paling mudah beradaptasi dan terbukti mampu bertahan hidup lama hingga menjadi hewan-hewan kecil berbulu indah yang berada di sekitar kita. Dinosaurus berbulu Microraptor hidup selama Periode Cretaceous (~ 120 juta tahun yang lalu) di tempat yang sekarang menjadi Cina utara. Penelitian tersebut menyimpulkan, cabang dinosaurus yang mengarah ke burung adalah bentuk evolusi yang lebih inovatif dari garis keturunan dinosaurus jenis lainnya. Penelitian ini telah dipublikasikan dalam Journal Science.

 
5. Menurut Christopher Langan, ada empat macam telur yang dimaksud orang saat bertanya seperti ini:
1.Telur jenis apapun.
2.Telur yang dihasilkan induk ayam.
3.Telur yang mengandung anak ayam.
4.Telur yang dihasilkan induk ayam dan mengandung anak ayam
Kalau maksudnya telur nomer (1), maka jelas duluan telur. Karena dinasourus itu bertelur. Dan Dinosaurus sudah ada berjuta tahun sebelum ada spesies ayam.
Kalau maksudnya nomer (2), maka duluan induk ayam, berdasarkan alasan semantik. Maksudnya: dari kalimat itu dapat disimpulkan bahwa ada induk ayam yang menghasilkan telur yang ia maksudkan. Jadi duluan induk ayam.
Dengan alasan yang sama, untuk kasus nomer (4), duluan induk ayam.
Tapi umumnya orang bertanya dengan tulus itu me-refer ke telur nomer (3). Penjelasannya adalah bahwa spesies ayam itu terjadi akibat mutasi. Dan mutasi terjadi bukan  pada induk, tapi pada saat terjadi pembuahan. Pada anak, bukan induk. Dan itu terjadi mulai dalam telur. Artinya spesies ayam itu mulai terjadi di dalam telur. Saat menetas, terdapatlah seekor ayam yang yang berbeda spesies dari induknya.

Contoh mudah : AYAM BEKISAR. Induknya adalah ayam kampung dan jantannya adalah ayam hutan. Jadi “telur ayam bekisar”  sebelumnya adalah “ telur ayam kampung” (telur yang dihasilkan oleh ayam kampung). Setelah telur ayam kampung menetas jadi ayam bekisar, maka ayam bekisar baru menghasilkan yang disebut “telur ayam bekisar”, dan tidak bisa lagi disebut sebagai “telur ayam kampung”. Ketika bekisar dikawinkan lagi dengan ayam kampung akan menghasilkan telur ayam bekisar, tapi anaknya disebut dengan “bekikuk” dan akan menghasilkan” telur bekikuk”
Contoh lain : Blaster burung puter jawa (streptopelia risoria)  dengan burung merpati. Dalam bentuk aslinya mereka menghasilkan telur derkuku/tekukur dan telur merpati, keduanya merupakan spesies burung dalam keluarga Columbidae (Merpati-Merpatian).  Ketika keduanya kawin, maka akan menghasilkan spesies lain yang di sebut “blaster”, kemudian dari species ini akan menghasilkan “ telur blaster ” bukan lagi menghasilkan telur burung merpati atau telur burung puter.

Dalam kawruh Bahasa Jawa tentang : Arane Keturunan Kewan / Nama Keturunan Hewan
1.            Turunane pitik biasa + Pitik Kate : Wareng
2.            Turunane  pitik biasa + pitik alas : Bekisar
3.            Turunane pitik biasa + bekisar : Bekikuk
4.            Turunane bebek + menthog : Brati
5.            Turunane jaran + kuldi : Bihal
6.            Turunane dara + puter : Blaster

JADI KESIMPULANNYA : "ADA AYAM, BARU ADA TELUR AYAM"