DASAR-DASAR ENHANCED OIL RECOVERY (EOR)
http://zulfikariseorengineer.blogspot.com/2011/04/dasar-dasar-enhanced-oil-recovery-eor.html
Lapangan hidrokarbon setelah sekian
lama diproduksikan akan mengalami penurunan produksi karena force/tenaga
untuk mengeluarkan fluida ke dalam sumur sudah semakin berkurang.
Berkurangnya tenaga pendorong bisa terlihat dengan dipasangnya pompa
atau gas lift pada sumur sembur alam (natural flow) yang tidak dapat
mengalir dengan sendirinya. Begitupun sumur pompa atau gas lift yang
lambat laun akan menjadi kering. Untuk menambah pengurasan lapangan dan
drive force, dikembangkan teknik-teknik yang kemudian disebut dengan
Enhanced Oil Recovery (EOR) atau Improved Oil Recovery (IOR).
Selanjutnya akan dibahas jenis-jenis teknik EOR.
Injeksi air merupakan salah satu metoda EOR yang paling banyak dilakukan sampai saat ini. Biasanya injeksi air digolongkan ke dalam injeksi tak tercampur.
Alasan-alasan sering digunakannya injeksi air ialah:
- Mobilitas yang cukup rendah
- Air cukup mudah diperoleh
- Pengadaan air cukup murah
- Berat kolom air dalam sumur injeksi turut menekan, sehingga cukup banyak mengurangi besarnya tekanan injeksi yang perlu diberikan di permukaan; jika dibandingkan dengan injeksi gas, dari segi ini berat air sangat menolong.
- Air biasanya mudah tersebar ke seantero reservoir, sehingga menghasilkan efisiensi penyapuan yang cukup tinggi.
- Effisiensi pendesakan air juga cukup baik. sehingga harga Sor sesudah injeksi air = 30% cukup mudah didapat.
Gambar Pattren Water Flooding
Pemakaian injeksi air sebagai
meloda untuk menaikan peralehan minyak dimulai pada tahun 1880 setelah
John F. Carll menyimpulkan bahwa air tanah dari lapisan yang lebih
dangkal dapat membantu produksi minyak. Secara tidak sengaja, hal telah
terjadi sebelum di Pennsylvania opada tahun 1865. Tujuan Injeksi air
adalah mengimbangi penurunan tekanan reservoir dengan menginjeksikan air ke dalam reservoir.II. INJEKSI AIR DITAMBAH ZAT-ZAT KIMIA TERTENTU
Setelah injeksi air telah maksimum
diaplikasikan, terdapat beberapa cara untuk menambah efisiensi injeksi
dengan cara menambahkan zat-zat kimia tertentu kedalam air injeksi yang
akan diinjeksikan.
1. Surfactant
Surfactant berfungsi untuk menurunkan
tegangan pcrmukaan, tekanan kapiler campuran polimer, alkohol,
sulfonate), menaikkan efesiensi pendesakan dalam skala pori, mikropis.
2. Polymer
Polymer berfungsi untuk memperbaiki
perbandingan mobilitas minyak-air. Untuk menaikkan efesiensi pengurasan
secara luas, makrokopis. Sering dipakai berselang-seling dengan
surfactant. Injeksi Polymer efektif untuk reservoir dengan viskositas
minyak tinggi (sampai 200 cp).
Jenis-jenis polimer yang paling sering dipakai:- polycrylamide
- polysaccharide
Gambar Sumur Injeksi Surfactant
III. INJEKSI TERMAL
Injeksi
termal dilakukan dengan menginjeksikan fluida panas yang temperatur
jauh lebih besar jika dibandingkan temperatur fluida reservoir. Injeksi
Termal berfungsi menurunkan viskositas minyak atau membuat minyak
berubah ke fasa uap, juga mendorong minyak ke sumur-sumur produksi.
Jenis-jenis Injeksi termal antara lain:
1. Stimulasi uap (steam soak, huff and puff)
Yang diinjeksikan biasanya campuran uap dan air panas dengan komposisi yang berbcda-beda.
Gambar Thermal Oil Recovery
2. Pembakaran di tempat (In-situ Combustion)
Menginjeksikan
udara dan membakar sebagaian minyak ini akan menurunkan viskositas,
mengubah sebagian minyak menjadi uap dan mendorong dengan pendesakan
gabungan uap, air panas dan gas.
3. Injeksi air panas.
IV. INJEKSI GAS CO2
CO2
mudah larut dalam minyak bumi namun sulit larut pada air. Karena itu
beberapa hal yang penting dan berguna dalam proses EOR ketika minyak
bumi terjenuhi oleh CO2 adalah :1. Menurunkan viskositas minyak dan menaikkan viskositas air.
2. Menaikkan volume minyak (swelling) dan menurunkan densitas minyak
3. Memberikan efek pengasaman pada reservoir karbonat.
4. Membentuk fluida bercampur dengan minyak karena ekstraksi, penguapan, dan pemindahan kromatografi, sehingga dapat bertindak sebagai solution gas drive.
Mekanisme
dasar injeksi CO2 adalah bercampurnya CO2 dengan minyak dan membentuk
fluida baru yang lebih mudah didesak daripada minyak pada kondisi awal
di reservoir.
Ada 4 jenis mekanisme pendesakan injeksi CO2 :1. Injeksi CO2 secara kontinyu selama proses EOR.
2. Injeksi slug CO2, diikuti air.
3. Injeksi slug CO2 dan air secara bergantian.
4. Injeksi CO2 dan air secara simultan.
Gambar Injeksi CO2
harus melebihi MMP (Minimum
Miscibility Pressure), harga MMP dapat diperoleh dari hasil percobaan di
laboratorium atau korelasi. Sumber CO2 alami adalah yang terbaik, baik
dari sumur yang memproduksi gas CO2 yang relatif murni atau dari pabrik
yang mengolah gas hidrokarbon yang mengandung banyak CO2 sebagai
kontaminan. Sumber yang lain adalah kumpulan gas (stack gas) dari
pembakaran batubara (coal-fired). Alternatif lain adalah gas yang
dilepaskan dari pabrik amoniak. Desain yang dilakukan dalam injeksi CO2
ke reservoir minyak adalah menentukan banyaknya air yang digunakan untuk
menaikkan tekanan reservoir sehingga proses pencampuran CO2 dengan
minyak dapat berlangsung, menentukan kebutuhan CO2 yang akan
diinjeksikan ke reservoir yang didorong oleh gas N2, menentukan tekanan
injeksi (dipermukaan) CO2 ke reservoir yang tidak melebihi tekanan
formasi.
V. PEMILIHAN METODA EOR
Dari
beberapa metoda EOR yang ada, harus ditentukan metoda mana yang paling
tepat yang sesuai dengan karakteristik reservoir. Besaran-bcsaran
berikut yang harus diperhatikan dalam pemilihan metoda EOR:- Kebasahan (Wettability) batuan
- Sifat-sifat batuan reservoir (petrofisik), seperti permeabilitas, porositas
- Jenis batuan (satu pasir, carbonatc dan lain-lain).
- Jenis minyak (viskositas).
- Tekanan temperatur reservoir, surfactant & polimer: T < 250°F
- Kegaraman air formasi.
- Saturasi minyak yang tersisa yang dapat bergerak
- Cadangan
- Kemiringan reservoir
- Ekonomi
DONGKRAK PRODUKSI MINYAK MELALUI EOR PROJECT
http://zulfikariseorengineer.blogspot.com/2011/05/dongkrak-produksi-minyak-melalui-eor.html
Pengelolaan Wilayah Kerja (WK) Pertamina
sektor hulu di dalam negeri diserahkan kepada salah satu anak
perusahaannya, yaitu Pertamina EP (PEP). Eks WK Pertamina ini cukup
luas, 140.000 km2 yang terdiri atas 214 lapangan di mana 80 persennya
merupakan lapangan tua (mature field atau brown field). Tingkat
penurunan produksi alamiah atau decline-nya rata-rata 5-15 persen per
tahun. PEP saat ini sedang mempersiapkan program Enhanced Oil Recovery
(EOR). Seberapa jauh kebutuhan program EOR bagi pengelolaan lapangan
tua?
Ketika Pertamina secara korporat manargetkan tingkat produksi minyak pada tahun 2014 sebesar 225 ribu barel per hari (sekarang 150 ribu barel per hari), upaya menaikkan produksi dilakukan PEP, Pertamina Hulu Energi (PHE), PEP Randugunting, dan PEP Cepu. Selain anak perusahaan operasional sektor hulu juga ada binis panasbumi, yaitu Pertamina Geothermal Energy dan anak perusahaan bisnis gas, Pertamina Gas (lihat Boks: Skuadron Anak Perusahaan Hulu).
ARTI PENTING "EOR"
Salah satu metode dari EOR itu adalah menginjeksikan air (water flooding) ke dalam pori-pori reservoir di bawah permukaan agar produksi naik atau persentase decline-nya tidak terlalu cepat. Itulah langkah PEP melalui EOR Project.
Memahami EOR dan arti pentingnya, akan sulit kalau tidak memahami terlebih dulu periode-periode produksi. Coba, deh, kita buka penjelasan dari Ketua Umum Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI) Kuswo Wahyono dalam Buku Pintar Migas Indonesia. Menurutnya metode optimal untuk produksi minyak dan gas adalah melalui:
1. Secara alamiah (natural), dengan tenaga dari reservoir itu sendiri;
2. Secara buatan (artificial lift), misalnya dengan pompa ataupun gas lift;
3. Dengan penambahan energi dari luar, yaitu injeksi air atau gas, dengan menggunakan metode penyerapan tahap lanjut (Enhanced Oil Recovery). Misalnya injeksi panas, kimiawi, CO2, dan sebagainya.
EOR juga ada yang mengartikan sebagai produksi tahap lanjut. Sedangkan menurut Kuswo Wahyono EOR dilakukan untuk tertiary. Dan tahap secondary recovery adalah untuk menjaga kestabilan dan atau menambah tenaga reservoir secara langsung, yaitu dengan menginjeksikan air atau gas pada suatu sumur, untuk kemudian memproduksikannya dari sumur lainnya.
Kondisi lapangan yang dikelola PEP, seperti diungkapkan para pembicara pada Workshop EOR 2008 Pertamina EP, 19 November 2008 lalu di Hotel The Ritz Carlton, Jakarta, sudah berada pada akhir primary recovery. "Sebagian besar reservoir pada lapangan minyak PEP sudah berada pada akhir periode primary recovery. Sulitnya menaikkan produksi dari lapangan-lapangan tua ini sangat berhubungan erat dengan siklus produksi yang sudah seharusnya masuk ke dalam periode secondary recovery," beber Manajer EOR Tanjung John Hisar Simamora, salah seorang pembicara pada workshop tersebut.
EOR SEBAGAI JAWABAN
Langkah melakukan EOR adalah hal lumrah pada tahapan produksi secondary recovery dan tertiary recovery. Sedangkan pada tahapan awal, yaitu primary recovery cukup dilakukan melalui conventional oil recovery. Belum mesti dengan EOR. Saat ini kondisi lahan-lahan minyak Pertamina, sebagian besar reservoirnya, sudah berada pada tahap akhir primary recovery. Sementara sisa cadangan masih cukup signifikan sehingga perlu aplikasi teknologi EOR.
GM EOR M. Bunyamin menjelaskan dengan kondisi lapangan Pertamina sekarang, tidak mungkin hanya mengandalkan eksplorasi saja. Bunyamin memberikan contoh lapangan Tambun yang memproduksi 20 ribu BOPD.
"Dengan kondisi ini Tambun merupakan andalan, kita selalu ngebor dan ngebor untuk meningkatkan produksi, begitu kita ngebor tetap hasilnya 20 ribu BOPD. Padahal kalau kita lihat dari kondisi decline-nya tanpa mempertimbangkan blok baru, hanya eksisting, trend-nya naik atau turun? Turunnya normal atau tidak?" tuturnya.
Decline lapangan Tambun sekarang (2004 - 2008) sekitar 20 persen. "Sekarang produksi terus menurun hingga 20 persen. Tetapi kalau sejak awal sudah ada pressure maintenance atau water flooding, decline nya itu sekitar 12 persen. Kesadaran melakukan EOR ini terlambat," tegas Bunyamin.
Pertamina EP pada 1 September 2008 telah membentuk Project Management Team EOR (PMT EOR), yang bertujuan meningkatkan produksi melalui proses secondary recovery dengan injeksi air dan proses tertiary recovery dengan injeksi kimia. Peningkatan produksi ini diharapkan dapat menunjang ambisi Pertamina menjadi produser nomor satu dan menurunkan angka impor minyak untuk kebutuhan dalam negeri.
STRATEGI PERTAMINA EP
Sesuai dengan tujuan didirikannya PEP, anak perusahaan sektor hulu ini memang bertugas menggarap eks WK Pertamina. Sehingga kalaupun ada WK lain dalam negeri di luar WK-WK itu akan menjadi domain anak perusahaan sektor hulu yang lain, Pertamina Hulu Energi (PHE).
Seperti diketahui PHE selain menggarap lahan-lahan eksplorasi dan produksi di luar negeri juga memegang ladang-ladang kerjasama dengan perusahaan lain atau Joint Operating Body Production Sharing Contract (JOB PSC). Juga dalam bentuk Pertamina Participating Interest (PPI).
Untuk mencapai target korporat, PEP berusaha melakukan strategi peningkatan produksi. Dalam rangka peningkatan produksi ini Presiden Direktur PEP Tri Siwindono menyebutkan PEP mempersiapkan empat langkah, yaitu eksplorasi dengan mengembangkan konsep-konsep baru; mengaktifkan sumur-sumur yang suspended yang dulu diabaikan karena dinilai tidak ekonomis; program EOR; dan memasikmalkan produksi.
Apa yang disiapkan PEP dengan tiga langkah itu adalah sematamata mencakup pemaksimalan lapangan-lapangan tua, juga mencari kemungkinan ditemukannya cadangan baru.
Tri Siwindono menjelaskan untuk eksplorasi pun PEP selektif. Walaupun ada sejumlah WK yang belum tergarap maksimal, tetapi PEP tidak akan mencari di cekungan yang remote. Ada tiga syarat dalam rangka eksplorasi PEP saat ini.
Syarat pertama, menurut Tri Siwindono, adalah quick yield, yaitu jenis eksplorasi yang dilakukan dekat dengan lapangan eksisting sehingga begitu dapat langsung dapat duit. Yang kedua adalah market driven mengeksplorasi di mana market terbuka di situ. Dan ketiga, PEP harus mencari big fish, yaitu eksplorasi mencari di mana cadangan besar, meskipun remote. "Inilah tiga cara di mana eksplorasi akan terkonsentrasi di situ," katanya.
Adapun mengenai lapangan yang suspended, yang ditangguhkan penggarapannya pada masa lalu, menurut Presiden Direktur PEP pihaknya mau tidak mau harus mengaktifkannya lagi. Jenis lapangan migas suspended adalah lapangan-lapangan migas yang saat itu tidak memungkinkan untuk diproduksikan karena tidak ekonomis.
"Potensinya banyak. Di Cepu banyak sekali lapanganlapangan tua yang ditinggalkan. Yang dilakukan oleh KUD-KUD (Koperasi Unit Desa) itu hanya mengangkat minyaknya saja, tidak menggunakan teknologi," ujar Tri Siwindono.
Langkah PEP di lahan-lahan tua yang suspended?
"Kita akan kembali ke sana menggunakan teknologi yang baru untuk mempercepat dan memperbesar produksi di sana. Tidak hanya di Cepu saja. Juga di Sumatera Selatan, dan di seluruh lapangan yang ada di wilayah kerja kita," ujarnya.
Langkah ketiga, sebagai strategi untuk menaikkan produksi minyak, PEP melakukan EOR Project. "EOR sangat dibutuhkan. Untuk"primary recovery sudah mencapai 90 persen. Padahal cadangan yang bisa terambil itu cukup banyak, lebih dari 5 milliar barel. Potensi ini bisa diambiil di secondary atau tertiary recovery. Jadi EOR mau tidak mau harus dimulai dari sekarang," jelasnya mengenai alasan PEP mengapa harus ada proyek EOR di sejumlah lapangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar