LUMPUR PEMBORAN
http://zulfikariseorengineer.blogspot.com/2011/06/lumpur-pemboran.html
Tujuan
utama dari sistem sirkulasi pada suatu operasi pemboran adalah untuk
mensirkulasikan fluida pemboran (lumpur bor) ke seluruh sistem pemboran,
sehingga lumpur bor mampu mengoptimalkan fungsinya. Sistem sirkulasi
pada dasarnya terdiri dari empat komponen, yaitu :
1. Fluida pemboran (lumpur bor)
2. Tempat persiapkan
3. Peralatan sirkulasi
4. Conditioning area
LUMPUR PEMBORAN (DRILLING FLUID, MUD)
Fluida
pemboran merupakan suatu campuran cairan dari beberapa komponen yang
dapat terdiri dari : air (tawar atau asin), minyak, tanah liat (clay),
bahan-bahan kimia, gas, udara, busa maupun detergent. Di lapangan fluida
dikenal sebagai "lumpur" (mud). Lumpur pemboran merupakan faktor yang
penting serta sangat menentukan dalam mendukung kesuksesan suatu operasi
pemboran. Kecepatan pemboran, efisiensi, keselamatan dan biaya pemboran
sangat tergantung pada kinerja lumpur pemboran. Fungsi lumpur dalam
suatu operasi pemboran antara lain adalah sebagai berikut :
1. Mengangkat cutting ke permukaan.
2. Mendinginkan dan melumasi bit dan drill string.
3. Memberi dinding lubang bor dengan mud cake.
4. Mengontrol tekanan formasi.
5. Membawa cutting dan material-material pemberat pada suspensi bila sirkulasi lumpur dihentikan sementara.
6. Melepaskan pasir dan cutting dipermukaan.
7. Menahan sebagian berat drill pipe dan cutting (bouyancy efect).
8. Mengurangi effek negatif pada formasi.
9. Mendapatkan informasi (mud log, sampel log).
10. Media logging.
Komposisi lumpur pemboran.
Komposisi
lumpur pemboran ditentukan oleh kondisi lubang bor dan jenis formasi
yang ditembus oleh mata bor. Ada dua hal penting dalam penentuan
komposisi lumpur pemboran, yaitu :
· Semakin ringan dan encer suatu lumpur pemboran, semakin besar laju penembusannya.
· Semakin
berat dan kental suatu lumpur pemboran, semakin mudah untuk mengontrol
kondisi dibawah permukaan separti masuknnya fluida formasi bertekanan
tinggi (dikenal sebagai "kick"). Bila keadaan ini tidak dapat diatasi
maka akan menyebabkan semburan liar (blowout).
Lumpur
umumnya campuran dari tanah liat (clay), biasanya bentonite, dan air
yang digunakan untuk membawa cutting ke atas permukaan. Lumpur berfungsi
sebagai lubrikasi dan medium pendingin untuk pipa pemboran dan mata
bor. Lumpur merupakan komponen penting dalam pengendalian sumur
(well-control), karena tekanan hidrostatisnya dipakai untuk mencegah
fluida formasi masuk ke dalam sumur. Lumpur juga digunakan untuk
membentuk lapisan solid sepanjang dinding sumur (filter-cake) yang
berguna untuk mengontrol fluida yang hilang ke dalam formasi
(fluid-loss).
Sistem
yang paling penting di rig adalah sistem sirkulasi lumpur pemboran.
lumpur pemboran dipompakan ke dalam pipa bor yang akan disemprotkan
keluar melalui nozzle pada pahat dan kembali ke permukaan melalui ruang
antara pipa dan lubang. Lumpur pemboran akan mengangkat
potongan-potongan batu yang dibuat oleh pahat (disebut cuttings) ke
permukaan. Hal ini mencegah penumpukan serbuk bor di dasar lubang.
selama pemboran, lubang sumur selalu penuh terisi lumpur pemboran untuk
mencegah mengalirnya fluida seperti air, gas atau minyak dari batuan
bawah tanah ke lubang sumur.
Jika
minyak atau gas dapat mengalir ke permukaan saat pemboran, akan
menyebabkan kebakaran. Bahkan jika hanya air yang mengalir saja dapat
menggugurkan lubang dan membuat kita kehilangan sumur. dengan adanya
lumpur pemboran, fluida ini tertahan berada di dalam batuan. pemboran
sumur di lepas pantai hampir sama dengan pemboran di daratan. Untuk
sumur wildcat di lepas pantai, rig dinaikkan di atas barge, anjungan
(platform) terapung, atau kapal yang dapat berpindah. apabila lapangan
lepas pantai sudah ditentukan, anjungan (platform) produksi akan
dipasang untuk membor sumur-sumur lainnya dan memproduksi migas.
Karena
lumpur pemboran menjaga agar migas tetap berada di dalam batuan,
cadangan migas bawah tanah pun dapat dibor tanpa mengindikasikan adanya
migas, sehingga diperlukan evaluasi sumur dengan cara menurunkan
peralatan rekam wireline. Truk alat rekam dipanggil, menurunkan tabung
berisi instrumen yang disebut sonde ke dalam lubang sumur. ketika sonde
diangkat keluar lubang, instrumen akan merekam secara elektrik, suara
dan radioaktif sifat-sifat batuan dan fluida yang dilaluinya. Pengukuran
ini direkam pada kertas panjang bergaris yang disebut well log. well
log ini memberi informasi tentang komposisi lapisan batuan, pori-pori,
dan fluida yang mungkin ada di dalamnya.
Dari
hasil pembacaan well log, sumur dapat saja ditutup dan ditinggalkan
sebagai sumur kering atau diselesaikan untuk diproduksikan. pemasangan
pipa produksi adalah cara awal menyelesaikan sumur. untuk memasang pipa,
pipa baja panjang yang bergaris tengah besar (disebut selubung atau
casing) dimasukkan ke dalam sumur. Semen basah dipompakan ke dalam ruang
antara casing dan dinding sumur hingga mengeras untuk menjaga lubang
sumur. pada kebanyakan sumur, pemasangan casing bertahap yang disebut
casing program dilakukan sebagai berikut: bor sumur, pasang casing, bor
lebih dalam, pasang casing lagi, bor lebih dalam lagi, dan pasang casing
lagi.
Fungsi Lumpur Pemboran
Menurut
Preston L. Moore (1974), lumpur pemboran mulai dikenal pada sekitar
tahun 1900-an bersamaan dengan dikenalnya pemboran rotari. Pada mulanya
tujuan utama dari lumpur pemboran adalah untuk mengangkat serbuk bor
secara kontinyu. Dengan berkembangnya zaman, banyak fungsi-fungsi
tambahan yang diharapkan dari lumpur pemboran. Banyak additif dengan
berbagai fungsi yang ditambahkan kedalamnya, menjadikan lumpur pemboran
yang semula hanya berupa fluida sederhana menjadi campuran yang kompleks
antara fluida, padatan dan bahan kimia.
Dari
adanya perkembangan dalam penggunaan lumpur hingga saat ini,
fungsi-fungsi utama dari lumpur pemboran yang diharapkan adalah sebagai
berikut:
1) Mengendalikan tekanan formasi.
2) Mengangkat serbuk bor kepermukaan dan membersihkan dasar lubang bor.
3) Memberi dinding pada lubang bor dengan mud-cake.
4) Melumasi dan mendinginkan rangkaian pipa pemboran.
5) Menahan padatan dari formasi dan melepaskannya dipermukaan.
Masing-masing
fungsi akan dijelaskan satu persatu. Dan dalam penulisan ini yang
berkaitan erat dengan judul penulisan adalah fungsi yang nomor kedua
dari kelima fungsi utama dari lumpur pemboran tersebut.
1. Mengendalikan Tekanan Formasi
Tekanan
formasi umumnya adalah sekitar 0,465 psi/ft. Pada tekanan yang normal,
air dan padatan pada pemboran telah dapat untuk menahan tekanan formasi
ini. Untuk tekanan yang lebih kecil dari normal (sub-normal) densitas
lumpur harus diperkecil supaya perolehan hilang lumpur atau loss
circulation tidak terjadi. Tetapi sebaliknya untuk tekanan yang lebih
besar dari tekanan normal maka penambahan barite sebagai pemberat perlu
dilakukan.
2. Mengangkat Serbuk Bor ke Permukaan dan Membersihkan Dasar Lubang Bor.
Pembersihan
lubang bor adalah fungsi pokok dari lumpur pemboran. Fungsi ini juga
paling sering dilalaikan dan salah dinterpretasikan. Serbuk bor biasanya
mempunyai SG sekitar 2,3 samapai 3,0 dan rata-rata adalah 2,5. Jika
serbuk bor lebih berat dari lumpur, maka serbuk bor akan jatuh dengan
kecepatan yang disebut dengan kecepatan slip.
Kecepatan
slip dari serbuk bor dalam aliran fluida, dipengaruhi secara langsung
oleh sifat fisik lumpur antara lain kekentalan fluida. Jadi jika
kecepatan lumpur di annulus dibatasi oleh kemampuan pompa atau
pembesaran lubang, maka lumpur perlu dikentalkan untuk mengurangi
kecepatan slip serbuk bor agar lubang bor tetap bersih. Keberhasilan
pengangkatan juga dipengaruhi oleh luasan permukaan atau bentuk daripada
partikel serbuk bor, semakin besar luasan dari partikel, maka gaya
angkat fluida meneruskan tenaga dorong dari pompa akan semakin bagus
sehingga kecepatan slip serbuk bor juga bisa dikurangi dengan
memperbaiki sifat-sifat fisik lumpur, disamping itu juga mengoptimalkan
tekanan pemompaan. Bentuk fisik daripada partikel serbuk bor tergantung
juga kepada jenis formasi yang ditembus.
Pada
aliran laminer kecepatan fluida pada sisi dinding lubang bor sangatlah
kecil sehingga efek torsi mudah terjadi karena ujung alirannya yang
parabolik, hal ini akan menyebabkan serbuk bor mudah jatuh lagi ke dasar
lubang bor, ini akan dapat menghambat berhasilnya pengangkatan serbuk
bor. Pengangkatan serbuk bor akan mendapatkan hasil yang lebih bagus
dengan menggunakan aliran turbulen, karena distribusi kecepatannya datar
bukan parabolik seperti pada aliran laminer.
Kekurangannya
adalah mudah terjadi pengikisan lubang bor bila formasi yang ditembus
tidak kompak, hal ini akan mengakibatkan runtuhnya dinding lubang bor
yang menyebabkan semakin mengendapnya serbuk bor dan tidak terangkatnya
serbuk bor dengan baik.
Lumpur
dasar air dapat dikentalkan dengan menambahkan bentonite, dengan
menambahkan banyak padatan, dengan flokulasi padatan atau dengan additif
khusus. Jadi ada beberapa pilihan, dan penentuan pilihan tergantung
dari tujuan lain yang ingin dicapai. Bentonite adalah pilihan yang
murah, tetapi jika ada masalah hilang air, maka harus ditambah pengencer
untuk mencegah flokulasi.
Hasil
yang didapat mungkin hanyalah sedikit penambahan pada kapasitas
pengangkatan dan masalah dalam lubang tetap terjadi. Penambahan banyak
padatan akan menaikkan densitas, pilihan ini tidak dianjurkan jika tidak
digunakan untuk tujuan mengontrol tekanan. Penerapan flokulasi lumpur
adalah pilihan yang mudah dan murah, tetapi juga dibatasi oleh masalah
hilang air. Additif khusus mungkin merupakan pilihan yang paling tepat,
tetapi hal ini akan menaikkan biaya lumpur.
Lumpur
pemboran yang baik untuk pembersihan dasar sumur apabila memiliki
karakteristik mengencer akibat gesekan (shear thining) yang baik, karena
semakin bersih lubang bor berarti semakin bagus pula pengangkatan
serbuk bornya sampai kepermukaan.
3. Memberi dinding Pada Lubang Bor Dengan Mud Cake.
Lumpur
akan membuat mud cake atau lapisan zat padat tipis didinding formasi
permeabel (lulus air), pembentukan mud cake ini akan menyebabkan
tertahannya aliran fluida masuk ke formasi (adanya aliran yang masuk
yaitu cairan plus padatan menyebabkan padatan tertinggal/tersaring). Mud
Cake yang dikehendaki adalah mud cake yang tipis karena dengan demikian
lubang bor tidak dipersempit dan cairan tidak banyak yang hilang. Sifat
wall building ini dapat diperbaiki dengan penambahan :
a. Sifat koloid drilling mud dengan bentonite.
b. Memberi zat kimia untuk memperbaiki distribusi zat padat dalam lumpur dan memperkuat mud cake.
4. Melumasi dan Mendinginkan Pahat.
Panas
yang ditimbulkan terjadi karena gesekan pahat serta drillstring dengan
formasi. Konduksi formasi umumnya kecil, sehingga sukar sekali
menghilangkan panas dalam waktu cepat, tetapi umumnya dengan adanya
aliran lumpur telah cukup untuk mendinginkan sistem serta melumasi
pahat. Umur pahat bisa lebih lama sehingga biaya pergantian pahat bisa
ditekan, karena dengan tertembusnya formasi yang cukup keras, kalau
tidak terlumasi dengan baik, bit akan cepat tumpul sehingga daya
tembusnya menjadi lambat dan memperlambat proses pemboran.
5. Menahan Padatan Dari Formasi dan Melepaskannya di Permukaan.
Lumpur
pemboran yang baik mempunyai sifat tixotropi yang menyebabkan
partikel-partikel padatan dapat dibawa sampai kepermukaan, dan
menahannya didalam lumpur selama sirkulasi berhenti. Kemampuan lumpur
untuk menahan serbuk bor selama sirkulasi dihentikan terutama tergantung
terhadap gel strength, dengan cairan menjadi gel tekanan terhadap
gerakan serbuk bor kebawah dapat dipertinggi. Serbuk bor dapat ditahan
agar tidak turun kebawah, karena bila ia mengendap dibawah bisa
menyebabkan akumulasi serbuk bor dan pipa akan terjepit. Selain itu ini
akan memperberat kerja pompa untuk memulai sirkulasi kembali. Tetapi gel
yang terlalu besar akan berakibat buruk juga, karena akan menahan
permbuangan serbuk bor dipermukaan (selain pasir). Penggunaan alat
seperti desander dan shale shaker dapat membantu pengambilan serbuk bor
dari lumpur dipermukaan. Patut ditambahkan bahwa pasir harus dibuang
dari lumpur karena sifatnya yang abrassive pada pompa,
sambungan-sambungan
Pemeliharaan Pompa-pompa di Rig Pemboran
Pompa
lumpur adalah suatu alat untuk memompakan cairan dengan mengubahtenaga
mekanis menjadi tenaga hidrolis. Fungsinya untuk memberikan dayahidrolis
berupa tekanan dan volume aliran/debit lumpur, dengan mengalirkanlumpur
dari tangki melalui manifold stand pipe masuk ke drill string, menuju
ke nozzle pahat dengan mengefektifkan jet velosity-nya. Kemudian dengan
tekananyang dihasilkan oleh pompa lumpur, cairan pemboran akan membawa
serbuk bordari dasar lubang menuju permukaan melalui annulus.
Sedangkan
prinsip kerja pompa triplex single acting itu sendiri adalahdengan satu
kali gerakan bolak-balik akan menghasilkan satu kali kerja. Dimana pada
saat piston bergerak ke belakang terjadi langkah pengisapan sehingga
liner terisi oleh cairan. Karena pompa triplex bekerja cepat maka
pengisian liner dilakukan oleh pompa centrifugal sebagai super
charging-nya. Sedangkan pada saat piston bergerak ke depan, maka terjadi
langkah penekanan (discharge) sehingga volume cairan yang ada di salam
liner terdorong keluar menuju discharge manifold.
Tipe Lumpur Pemboran
Sesuai
dengan lithologi dan stratigrafi yang berbeda-beda untuk setiap
lapangan, serta tujuan pemboran yang berbeda-beda (eksplorasi,
pengembangan, kerja ulang) kita mengenal type/ sistim lumput yang
berbeda-beda pula, seperti :
1) Sistim
Lumpur Tak Terdispersi (Non Dispersed). Termasuk diantaranya lumpur
tajak untuk permukaan dan sumur dangkal dengan treatment yang sangat
terbatas.
2) Sistim
Lumpur Terdispersi untuk sumur yang lebih dalam yang membutuhkan berat
jenis yang lebih tinggi atau kondisi lubanh yang problematis. Lumpur
perlu didispersikan menggunakan dispersant seperti senyawa
Lignosulfonat, Lignite serta Tannin
3) Lime
Mud (Calcium Treated Mud), sistim Lumpur yang mengandalkan ion-ion
Calcium untuk melindungi lapisan formasi shale yang mudah runtuh karena
me-nyerap air.
4) Sistim Lumpur Air Garam yang mengandalkan larutan garam (NaCl, KCl)) untuk mengurangi pembasahan formasi oleh air.
5) Sistim
Lumpur Polymer yang mengandalkan polymer-polymer seperti Poly Acrylate,
Xanthan Gum, Cellulosa untuk melindungi formasi dan mencegah
terlarutnya cuttings kedalam lumpur bor. Sistim ini dapat ditingkatkan
kemam-puannya dengan menambahkan daram KCl atau NaCl, sehingga sistim
ini disebut Salt Polymer System.
6) Oil
Base Mud. Untuk membor lapisan formasi yang sangat peka terhadap air,
digunakan sistim lumpur yang menggunakan minyak sebagai medium pelarut.
Bahan-bahan kimia yang dipakai haruslah dapat larut atau kompatibel
dengan minyak., berbeda dengan bahan kimia yang larut dalam air. Sistim
Lumpur ini Sistim Lumpur ini sangat handal melindungi desintefrasi
formasi, tahan suhu tinggi, akan tetapi kecuali mahal juga kurang ramah
lingkungan
7) Sistim
Lumpur Synthetis menggunakan fluida sintetis dar jenis ester, ether,
dan poly alha olefin, untuk menggantikan minyak sebagai medium pelarut.
Lumpur ini sekwaalitas dengan Oil Based Mud, ramah lingkungan, akan
tetapi dianggap teralu mahal.
Bahan Kimia Lumpur
Seperti
kita ketahui, berbagai aditif berupa bahan kimia (baik yang diproduksi
khusus untuk keperluan lumpur pemboran maupun bahan kimia umum) dan
mineral dibutuhkan untuk memberikan karakeristik pada lumpur pemboran.
Bahan-bahan tesebut dapat diklasifikasi sebagai berikut:
1) Viscosifiers (bahan pengental) seperti Bentonite, CMC, Attapulgite dan polymer
2) Weighting Materials (Pemberat): Barite, Calcium Carbonate, Garam2 terlarut.
3) Thinners (Pengencer): Phosphates, Lignosulfonate, Lignite, Poly Acrylate
4) Filtrat Reducers : Starch, CMC, PAC, Acrylate, Bentonite, Dispersant
5) Lost Circulation Materials : Granular, Flake, Fibrous, Slurries
6) Aditif Khusus: Flocculant, Corrosion Control, Defoamer, pH Control, Lubricant
1 komentar:
Saya tertarik mengikuti pelatihan untuk Operator rig, bagaimana persyaratannya dan berapa biaya kursusnya? adakah penempatan magang?
terimakasih--
rgrds
richard
Posting Komentar