http://zulfikariseorengineer.blogspot.com/p/drilling.html
Underbalanced
drilling (UBD) adalah metode pemboran dimana tekanan hidrostatik kolom
fluida pemboran yang dipakai akan lebih kecil daripada tekanan formasi,
sehingga akibatnya akan ada aliran gas, air maupun hidrokarbon dari
formasi ke lubang sumur secara terus-menerus.
Penggunaan
metode UBD biasanya pada daerah bertekanan subnormal karena mampu
meminimalisasi dan menghindari terjadinya problem hilang lumpur (loss circulation) dan terjadinya pipa terjepit (differential pipe sticking).
Selain itu dimaksudkan untuk menghindari terjadinya kerusakan formasi,
serta pemboran dapat berlangsung secara efektif dan efisien (
meningkatkan laju penembusan pahat, meningkatkan hasil penilaian formasi
dan pengurangan penggunaan biaya lumpur ).
Identifikasi zona yang sesuai dengan penggunaan metode UBD
Pada
umumnya suatu operasi pemboran memiliki harapan agar dapat dilakukan
secara efektif dan efisien sehingga diperoleh suatu hasil yang optimum.
Pada kenyataannya tidak semua metode pemboran ternyata cocok dengan
kondisi daerah dimana pemboran tersebut dilakukan. Sehingga identifikasi
pada daerah operasi pemboran merupakan hal yang harus diperhatikan
dalam pelaksanaan operasi pemboran agar didapatkan hasil yang optimum.
Demikian pula pada pemboran underbalanced, aplikasi metode ini akan
berpotensial terhadap hasil yang optimum apabila dilakukan pada
daerah-daerah, seperti :
1. Depleted Reservoir (subnormal pressure)
Depleted
reservoir (daerah subnormal pressure), dimana gradien tekanannya lebih
rendah dibandingkan dengan tekanan hidrostatik kolom fluida pemboran.
Jika digunakan metode conventional maka daerah ini berpotensial
terjadinya fenomena lumpur masuk kedalam reservoir (hilang lumpur) dan
pipa terjepit. Hilang lumpur ini terjadi jika besarnya lubang pori lebih
besar dari ukuran partikel lumpur pemboran. Ukuran lubang pori yang
mengakibatkan terjadinya hilang sirkulasi ini berada pada kisaran 0,1 -
1,00 mm. Biasanya terjadi pada daerah yang memiliki lapisan dengan
permeabilitas sangat besar, rekah-rekah, seperti sandstone dan
unconsolidated sand.
2. Reservoir rekahan
Reservoir
dengan rekahan alami ini biasanya memperlihatkan hilang fluida pemboran
yang sangat besar. Kehilangan fluida ini akan membuat masalah pemboran
seperti well control atau memberikan terjadinya mechanical
sticking, karena tekanan hidrostatik fluida pemborannya lebih besar dari
tekanan formasinya. Sedangkan pada operasi pemboran underbalanced
tekanan didesain lebih kecil dari tekanan formasi.
3. Formasi yang terdiri atas batuan yang keras
Salah
satu faktor yang dapat meningkatkan laju penembusan pahat pada batuan
adalah densitas fluida pemboran. Studi laboratorium dan lapangan
memperoleh kesimpulan bahwa semakin ringan densitas fluida pemboran yang
dipakai, laju penembusan pahat akan semakin cepat, karena dengan
semakin kecilnya perbedaan tekanan atau differential pressure,
yaitu (ph-pf) akan semakin kecil bahkan pada UBD, perbedaan tekanan
tersebut akan berharga negatif. Laju penembusan juga terpengaruh oleh
kekuatan batuan (compressive strength) yang ditembus, dengan
menurunkan perbedaan tekanan yang dimaksud, maka kekuatan batuan tadi
akan menurun dan pahat bor dapat dengan mudah menembus lapisan batuan.
Contoh untuk formasi ini adalah Limestone padat (batu gamping) dan jenis batuan yang faktor sementasinya besar (consolidated sand).
4. Formasi dengan permeabilitas besar
Salah satu penyebab terjadinya pipa terjepit adalah mud cake, yang terjadi jika perbedaan (selisih) antara tekanan hidrostatik lumpur pemboran dan tekanan g
formasi menjadi sangat besar pada saat melewati formasi yang porous dan permeabel, seperti batu pasir (sandstone) dan batu gamping (limestone).
5. Formation damage
Formasi
yang berpotensi mengalami kerusakan (formation damage), bila dibor
dengan metode overbalanced drilling. Salah satu penyebab kerusakan
formasi (formation damage) adalah karena penggunaan lumpur yang terlalu berat sehingga partikel padatan lumpur (innert solids) akan
masuk ke dalam formasi produktif. Partikel padatan dan filtrat lumpur
pemboran yang masuk ke formasi akan menyebabkan beberapa hal, yaitu :
- Menutup pori-pori formasi produktif.
- Meningkatkan water content pada formasi yang mengandung minyak sehingga saturasi minyak menurun dan akhirnya ditempati oleh air.
- Partikel clay pada formasi produktif mengembang dan menutup permeabilitas formasi.
- Dengan adanya kerusakan formasi tersebut tentunya akan meningkatkan biaya stimulation suatu sumur dan berakibat terganggunya produktifitas formasi.
Semua
jenis batuan memiliki kemungkinan menjadi tempat terjadinya hilang
lumpur, akan tetapi formasi yang lemah dan bergua-gua adalah yang paling
sering. Pada formasi yang lunak seperti batupasir, hilang lumpur pada
prinsipnya diakibatkan oleh tingginya permeabilitas dan kemungkinan
terjadinya rekahan. Pada batuan keras, seperti batu gamping, dolomit dan
serpih yang keras, hilang lumpur terjadi sebagai akibat adanya vugs, caverns, rekahan alami dan induced fracture.
Perencanaan Lumpur Pemboran Underbalanced
Pada
pemboran UBD, besarnya tekanan hidrostatik fluida yang digunakan lebih
kecil dari tekanan formasi. Untuk itu digunakan fluida pemboran yang
memiliki harga densitas relatif rendah, seperti : gas, udara kering (O2), busa (foam), gas yang dilarutkan kedalam fluida cairan (aerated liquid) dan beberapa jenis fluida fasa cair lainnya.
Dalam
perencanaan lumpur perlu diperhatikan komposisi fluida underbalanced
sehingga nantinya lumpur tersebut sesuai dengan formasi yang akan
ditembus. Tekanan lumpur underbalanced 200-500 psi dibawah tekanan formasi. Sifat fisik dari lumpur underbalanced
perlu diperhatikan karena nantinya akan berpengaruh pada tekanan
hidrostatik dan pembersihan lubang sumur.Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam perencanaan lumpur underbalanced antara lain :volume
fluida injeksi, densitas lumpur, fraksi cairan dan gas dalam
lumpur(lumpur aerasi),viskositas lumpur, kecapatan serta pola aliran
lumpur. Pada pemboran dengan menggunakan lumpur aerasi, gas yang
diinjeksikan ke dalam lumpur berfungsi untuk meringankan berat lumpur
dasar tersebut sampai didapat berat yang diinginkan untuk memberikan
kondisi underbalanced terhadap formasi yang sedang dibor.
Sedangkan salah satu fungsi lumpur aerasi yang bersirkulasi adalah untuk
mengeluarkan serbuk bor dari lubang bor. Volume gas berpengaruh
terhadap kondisi temperatur dan tekanan pada sutu kedalaman. Dengan
demikian fraksi udara atau nitrogen dan lumpur dasar akan berubah
terhadap kedalaman. Perubahan fraksi ini akan mempengaruhi perubahan
densitas dan viskositas lumpur pada setiap kedalaman.
Selain
masalah fluidanya, dalam merencanakan suatu pemboran UBD perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut agar keberhasilan UBD dapat dicapai
secara optimum. Perencanaan itu meliputi peralatan yang akan digunakan
untuk menunjang pemboran UBD, baik dibawah maupun dipermukaan sumur,
desain wellhead, drill string, casing dan pemilihan bitnya. Untuk
wellhead, drill string, casing dan bit pada prinsipnya sama dengan
pemboran dengan menggunakan kondisi overbalanced (konvensional), hanya saja mengalami sedikit modifikasi yang disesuaikan dengan jenis fluida yang akan digunakan.
Kendala yang dihadapi
Kendala-kendala yang sering dihadapi dalam pemboran underbalanced, seperti :
- Kestabilan sumur akan terganggu dan lubang akan gugur sehingga menyebabkan drill string terjepit.
- Adanya aliran air formasi menuju lubang sumur dapat menyebabkan penyumbatan pada annulus sumur karena penggunaan fluida dari gas sehingga air formasi dapat membasahi serpih bor dalam annulus.
- Terjadinya ledakan didalam sumur, ini terjadi apabila menggunakan udara sebagai fluida pemboran.
- Kesulitan pada penggunaan MWD, Pada pemboran dimana menggunakan udara kering dan gas sebagai fluidanya, karena tidak adanya media lumpur untuk meneruskan pulse kepermukaan untuk mendapatkan data.
Hubungan antara UBD dengan formasi yang ditembus
Beberapa
kondisi yang mendasari kita untuk merencanakan model Underbalanced
Drilling tertentu berdasarkan formasi yang ditembus dan jenis fluida
yang akan digunakan, yaitu :
1. Pada formasi yang terdiri atas batuan yang keras
Cara
UBD yang sebaiknya dipakai adalah dengan menggunakan udara kering
sebagai fluida pemborannya, tetapi bila permeabilitasnya besar sehingga
memungkinkan air formasi mengalir ke dalam lubang sumur, maka model mist drilling atau
mengebor dengan fluida pemboran yang dibuat menyerupai kabut bisa
digunakan. Sedangkan pemboran dimana busa digunakan sebagai fluidanya
atau foam drilling sangat baik digunakan pada formasi yang
berpermeabilitas besar sehingga aliran air formasi mampu mencapai lubang
sumur. Tapi jika terdapat aliran gas dari formasi ke dalam lubang
sumur, nitrogen atau gas alam dapat digunakan sebagai fluida yang akan
diinjeksikan kedalam sumur dengan menggunakan bantuan tubing berdiameter
1”- 2” yang ditempatkan pada salah satu sisi luar casing (parasite tubing injection).
2. Pada formasi dengan porositas dan permeabilitas batuan yang besar
Bila
terdapat aliran gas dari formasi ke dalam lubang sumur, maka
penginjeksian nitrogen kedalam sumur yang berisi lumpur bor bisa
digunakan sebagai fluida UBD. Dan jika aliran gasnya tidak dijumpai,
maka fluida campuran antara cairan dan gas dapat digunakan. Sedangkan
bila pipa terjepit terjadi pada formasi yang bertekanan sangat rendah
dan formasinya keras, maka busa dapat digunakan sebagai fluida UBD.
Untuk mencegah terjadinya pipa terjepit tersebut secara umum dapat
digunakan semua jenis fluida yang direkomendasikan pada model UBD.
3. Pada formasi yang berpotensi mengalami kerusakan (formation damage)
Bila kerusakan formasi terjadi pada suatu reservoir yang mengalami penurunan tekanan dapat digunakan nitrogen atau crude oil sebagai fluida UBD. Adapun cara untuk mendapatkan kondisi UBD bila menggunakan fluida jenis ini adalah :
- Dengan menginjeksikan fluida pemboran pada drill string melalui stand pipe, jika tekanan formasinya sangat rendah.
- Parasite tubing injection, bila tekanan formasinya agak tinggi dan pemboran sumur membutuhkan MWD.
- Temporary casing injection, jika tekanan formasi medium dan diperlukan laju gas yang cukup tinggi.
- Busa, jika tekanan formasi kecil dan menggunakan sistem terbuka (jika tidak dijumpai kandungan gas H2S pada formasi).
Bila kerusakan formasi terjadi pada reservoir dengan tekanan normal, disarankan menggunakan UBD dengan model flow drilling (menggunakan sistem tertutup bila ada gas H2S dari formasi). Hilang lumpur atau kerusakan formasi pada reservoir fractured dan bertekanan normal, flow drilling dengan sistem terbuka tanpa ada H2S dapat diterapkan. Bila kerusakan formasi pada reservoir yang bertekanan sangat tinggi, digunakan UBD dengan model Snubb Drilling.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar